MORFOFONEMIK
2
A.
Perubahan dan Penambahan Bunyi
Proses perubahan dan penambahan bunyi dapat terjadi pada :
1) Pertemuan morfem meN- dan peN-
pada bentuk dasar yang terdiri atas
satu suku kata
menyebabkan perubahan bunyi /N/ menjadi /η/ dan
penambahan bunyi
/∂/.
Misalnya:
meN- + cat
meN- + tik
|
→
→
|
mengecat
mengetik
|
2) Pertemuan morfem peN-an pada
bentuk dasar berfonem awal /d/ , /c/ , /j/ dan berfonem akhir /a/ , /i/ , /u/ , dan /o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi
/n/ dan bertambahnya /y/ dan /w/.
Contonnya:
peN-an + data
peN-an + dahulu
peN-an + cahaya
peN-an + cari
peN-an + calo
peN-an + jaga
peN-an + juri
|
→
→
→
→
→
→
→
|
pendataan
pendahuluan
pencahayaan
pencarian
pencaloan
penjagaan
penjurian
|
3) Pertemuan morfem peN-an pada
bentuk dasar yang berfonem awal /b/ , /f/ dan berfonem akhir vokal /a/ , /i/ , /u/
, dan /o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m/ dan bertambahnya bunyi /y/ dan /w/.
Contohnya:
peN-an + buka
peN-an + beri
peN-an + buku
|
→
→
→
|
pembukaan
pemberian
pembukuan
|
4) Pertemuan morfem peN-an pada
bentuk dasar yang berfonem awal /g/ , /h/ , /kh/ dan berfonem akhir vocal /a/ ,
/i/ , /u/ , /o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m/ dan bertambahnya bunyi
/y/ dan /w/.
Contohnya:
peN-an + guna
peN-an + gali
peN-an + harga
peN-an + hijau
|
→
→
→
→
|
penggunaan
penggalian
penghargaan
penghijauan
|
5) Pertemuan morfem peN-an pada
bentuk dasar yang dimulai dan diakhiri oleh vokal /a/ , /i/ , /u/ , /o/
menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m/ dan bertambahnya bunyi /y/ dan /w/.
Contohnya:
peN-an + ada
peN-an + adu
peN-an + utama
peN-an + urai
peN-an + intai
|
→
→
→
→
→
|
pengadaan
pengaduan
pengutamaan
penguraian
pengintaian
|
B.
Perubahan dan Penghilangan Bunyi
Proses perubahan dan penghilangan bunyi terjadi pada :
1) Pertemuan peN- dan meN- pada
bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /p/ akan merubah /N/ menjadi /m/ dan fonem
awal bentuk dasar hilang.
Contohnya:
peN- + peras
meN- + paksa
|
→
→
|
Pemeras
memaksa
|
2) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada
bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /t/ akan mengakibatkan perubahan /N/
menjadi /n/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar.
Contohnya:
peN- + tari
meN- + tendang
|
→
→
|
penari
menendang
|
3) Pertemuan morfem peN- dan meN-
pada bentuk dasar yang diawali fonem /k/ akan mengakibatkan perubahan fonem /N/
menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar.
Contohnya:
peN- + karang
meN- + kurung
|
→
→
|
pengarang
mengurung
|
4) Pertemuan morfem peN- dan meN-
pada bentuk dasar yang diawali fonem /s/ akan mengakibatkan perubahan fonem /N/
menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar yang bersangkutan.
Contohnya:
peN- + sayang
meN- + saring
|
→
→
|
penyayang
menyaring
|
C.
Peloncatan Bunyi
Prawirasumantri
(1986:40) menambahkan satu lagi bentuk morfofonemik bahasa Indonesia yaitu
peloncatan burnyi. Peloncatan fonem ini terjadi apabi1a dua atau 1ebih bertukar
tempat akibat petemuan morfem-morfem dalam bahasa Indonesia ditemukan sebuah
gejala ini, yakni peloncatan fonem /a/ dan /m/ pada kata padma dalam merah
padam.
D.
Asimilasi dan Desimilasi
Setelah kita memaparkan masalah morfofonemik dalam bahasa Indonesia, kita
mengetahui bahwa apabila dua morfem berkombinasi sering terjadi perubanan
fonem, fonem yang berdampingan akan menjadi sama atau lebih bersaingan. Yang
dimaksud dengan sama di sini ialah bersamaan dalam ciri-ciri artikulatisnya.
Kalau /N/ berubah menjadi /m/ karena morfem awal bentuk dasar yang dilekatinya
ialah /p/ maka terjadilah persamaan ciri-ciri artikumatoris yakni sama-sama
bunyi bilabial. Proses yang menyebabkan dua fonem yang berbeda itu menjadi sama
atau bersamaan disebut asimilasi (Ahmad Slamet, 1982:74). Asimilasi dapat
dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat fonem yang
dihasilkan dan sifat asimilasi itu sendiri (Keraf, 1982:37).
1) Penggolongan asimilasi berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan.
Berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan, asimilasi dapat dibedakan menjadi
asimilasi progresif dan asimilasi regresif. Berikut ini penjelasannya :
a. Asimilasi progresif
Suatu asimilasi dikatakan asimilasi progresif apabila bunyi yang diasimilasikan
terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya:
colnis (latin kuno) → collis (latin)
peN- + sabar → penyabar
b. Asimilasi regresif
Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi regresif apabila bunyi yang
diasimilasikan mendahului bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya:
in- + possible → impossible
en- + power → empower
peN- + bela → pembela
meN- + dengar → mendengar
2) Penggolongan asimilasi berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri.
Berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, asimilasi dapat dibedakan menjadi
asimilasi total dan parsial.
a. Asimilasi Total
Yang dimaksud dengan asimilasi total yaitu penyamaan fonem yang diasimilasi
benar-benar serupa.
Contohnya:
Proses
Asimilasi
|
Hasil
Asimilasi
|
Dalam
Bahasa Indonesia
|
ad + salam (Arab)
in + moral (Inggris)
ad + similatino (Latin)
meN- + periksa (Indonesia)
|
assalam
immoral
assimilasi
memeriksa
|
asalam
imoral
asimilasi
memeriksa
|
b. Asimilasi Parsial
Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi parsial bila kedua fonem yang
disarnakan itu tidak persis melainkan hanya sejenis secara artikulatoris.
Contohnya:
in- + possible
→ impossible
meN- + bawa
→ membawa
peN- +
dengar
→ pendengar
Kebalikan dari asimilasi adalah desimilasi yakni prosa dua fonem yang sama atau
bersamaan menjadi tidak sama.
Contohnya:
sayur + sayur
→ sayur mayur
lauk
+ lauk → lauk pauk