Selasa, 26 November 2013

Morfofonemik 2


MORFOFONEMIK 2
A.        Perubahan dan Penambahan Bunyi
            Proses perubahan dan penambahan bunyi dapat terjadi pada :
1) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang terdiri atas
    satu suku kata menyebabkan perubahan bunyi /N/ menjadi /η/ dan
    penambahan bunyi /∂/.
Misalnya:
meN- + cat
meN- + tik
mengecat
mengetik
2) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar berfonem awal /d/ , /c/ , /j/ dan berfonem akhir /a/ ,  /i/ , /u/ , dan /o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan bertambahnya /y/ dan /w/.
Contonnya:
peN-an + data
peN-an + dahulu
peN-an + cahaya
peN-an + cari
peN-an + calo
peN-an + jaga
peN-an + juri
pendataan
pendahuluan
pencahayaan
pencarian
pencaloan
penjagaan
penjurian





3) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /b/ , /f/ dan berfonem akhir vokal /a/ , /i/ , /u/ , dan /o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m/ dan bertambahnya bunyi  /y/ dan /w/.
Contohnya:
peN-an + buka
peN-an + beri
peN-an + buku
pembukaan
pemberian
pembukuan
4) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /g/ , /h/ , /kh/ dan berfonem akhir vocal /a/ , /i/ , /u/ , /o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m/ dan bertambahnya bunyi /y/ dan /w/.
Contohnya:
peN-an + guna
peN-an + gali
peN-an + harga
peN-an + hijau
penggunaan
penggalian
penghargaan
penghijauan

5) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang dimulai dan diakhiri oleh vokal /a/ , /i/ , /u/ , /o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m/ dan bertambahnya bunyi /y/ dan /w/.

Contohnya:
peN-an + ada
peN-an + adu
peN-an + utama
peN-an + urai
peN-an + intai
pengadaan
pengaduan
pengutamaan
penguraian
pengintaian
B.         Perubahan dan Penghilangan Bunyi
            Proses perubahan dan penghilangan bunyi terjadi pada :
1) Pertemuan peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /p/ akan merubah /N/ menjadi /m/ dan fonem awal bentuk dasar hilang.


Contohnya:
peN- + peras
meN- + paksa
Pemeras
memaksa

2) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /t/ akan mengakibatkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar.
Contohnya:
peN- + tari
meN- + tendang
penari
menendang

3) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang diawali fonem /k/ akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar.
Contohnya:
peN- + karang
meN- + kurung
pengarang
mengurung


4) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang diawali fonem /s/ akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar yang bersangkutan.
Contohnya:
peN- + sayang
meN- + saring
penyayang
menyaring

C.        Peloncatan Bunyi
         Prawirasumantri (1986:40) menambahkan satu lagi bentuk morfofonemik bahasa Indonesia yaitu peloncatan burnyi. Peloncatan fonem ini terjadi apabi1a dua atau 1ebih bertukar tempat akibat petemuan morfem-morfem dalam bahasa Indonesia ditemukan sebuah gejala ini, yakni peloncatan fonem /a/ dan /m/ pada kata padma dalam merah padam.

D.       Asimilasi dan Desimilasi
            Setelah kita memaparkan masalah morfofonemik dalam bahasa Indonesia, kita mengetahui bahwa apabila dua morfem berkombinasi sering terjadi perubanan fonem, fonem yang berdampingan akan menjadi sama atau lebih bersaingan. Yang dimaksud dengan sama di sini ialah bersamaan dalam ciri-ciri artikulatisnya. Kalau /N/ berubah menjadi /m/ karena morfem awal bentuk dasar yang dilekatinya ialah /p/ maka terjadilah persamaan ciri-ciri artikumatoris yakni sama-sama bunyi bilabial. Proses yang menyebabkan dua fonem yang berbeda itu menjadi sama atau bersamaan disebut asimilasi (Ahmad Slamet, 1982:74). Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat fonem yang dihasilkan dan sifat asimilasi itu sendiri (Keraf, 1982:37).
            1) Penggolongan asimilasi berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan.
            Berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi progresif dan asimilasi regresif. Berikut ini penjelasannya :
            a. Asimilasi progresif
            Suatu asimilasi dikatakan asimilasi progresif apabila bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya:        colnis (latin kuno) → collis (latin)
                           peN- + sabar          → penyabar
          
  b. Asimilasi regresif
            Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi regresif apabila bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya:        in- + possible       → impossible
                           en- + power         → empower
                           peN- + bela          → pembela
                           meN- + dengar    → mendengar
            2) Penggolongan asimilasi berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri.
            Berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi total dan parsial.

            a. Asimilasi Total
            Yang dimaksud dengan asimilasi total yaitu penyamaan fonem yang diasimilasi benar-benar serupa.
Contohnya:
Proses Asimilasi
Hasil Asimilasi
Dalam Bahasa Indonesia
ad + salam (Arab)
in + moral (Inggris)
ad + similatino (Latin)
meN- + periksa (Indonesia)
assalam
immoral
assimilasi
memeriksa
asalam
imoral
asimilasi
memeriksa







            b. Asimilasi Parsial
            Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi parsial bila kedua fonem yang disarnakan itu tidak persis melainkan hanya sejenis secara artikulatoris.
Contohnya:                 in- + possible               → impossible
                                    meN- + bawa              → membawa
                                    peN- + dengar             → pendengar
            Kebalikan dari asimilasi adalah desimilasi yakni prosa dua fonem yang sama atau bersamaan menjadi tidak sama.
Contohnya:
                                    sayur + sayur               → sayur mayur
                                    lauk + lauk                  → lauk pauk